LOMBOK TIMUR | FMI.COM – Bantuan Siswa Miskin (BSM) bagi siswa-siswi yang ada di ponpes Al-Hikam motor sugia, Desa Toya Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur banyak menimbulkan kebingungan diakibatkan oleh ulah ketua yayasan.
Salah satu pengajar di Madrasah Aliyah saat ditemui oleh media ini pada tanggal, 08/09/22 menyampaikan adanya ketimpang tindihan yang terjadi pada penyaluran BSM tersebut.
Untuk bantuan BSM, pertama kan melalui pengusulan dari sekolah, kalau dari dinas itu dari dapodik yang memenuhi syarat yaitu ekonomi menengah ke bawah.
Yang di sana untuk datanya itu, sudah terdaftar siapa-siapa yang berhak mendapatkan BSM tersebut, tinggal pihak sekolah mengkoordinir siapa-siapa siswa yang dapat untuk dibawa ke Bank.
Salah satu fungsionaris sekolah MA dengan inisial SA menyampaikan, bank memiliki aturan, yang berhak mengambil uang tersebut pihak yang bersangkutan (siswa-siswi) yang dapat, bank juga tidak boleh memberikan secara kolektif, ungkapnya.
“Kalau sudah dilakukan pencairan kepala sekolah tidak mengurus itu lagi, karena sudah sampai kepada penerimanya”, ungkapnya saat ditemui di sekolahnya.
Namun sekarang penomenanya berubah dibawah, kadang itu menjadi dilema bagi sekolah, kalau sudah tataran yang lebih tinggi yaitu yayasan nanti akan berbicara beda lagi, nanti yang jadi korban sekolah yang harus mempertanggungjawabkan itu semua dan anak-anak yang mempunyai hak itu akan mengeluh.
Misal, ketua yayasan akan membangun dengan cara itulah ia (ketua yayasan) akan menarik uang-uang ini (BSM).
Saat ditanya lebih lanjut, ia mengakui bahwa pengelolaannya beda, dan itu yang membuat sekolah susah model pertanggungjawaban bagaimana, sementara yayasan nonsen tentang itu, ungkapnya.
Siswa tetap menerima BSM tersebut, namun tidak sesuai dengan ekspektasi, misalnya nerima Rp. 1.000.000 lalu dipotong dengan alasan siswa bersangkutan belum bayar ini belum bayar itu.
“Ia siswa menerima BSM tersebut tidak sesuai dengan nominal yang tertera” tandasnya.
Lebih tegas ia mengatakan, seharusnya dibuatkan berita acara, karena kita dari pihak sekolah juga enak, ia juga mengakui tidak adanya berita acara.
“Secara langsung pihak yayasan (memotong) dan kita taunya anak-anak mengeluh ke kita (sekolah), dan ini juga menjadi atensi kita bagaimana cara merubah mindset yayasan, agar yayasan ini juga sadar diri dengan perilakunya”, terangnya.
Ia juga menyampaikan, pihak sekolah saja yang ditodong tidak benar dalam mengelola sekolah, sementara yang memegang uang (BSM) yayasan.