LOMBOK TIMUR | FMI – Akademisi Universitas Hamzanwadi (UNHAM), Dr. Muhammad Ali, M.Si mengaku mengalami dan melihat langsung wajah pelayanan publik yang sangat mengecewakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Soedjono Selong.
Bahkan, ia mengaku mendapat perlakuan yang buruk ketika tengah konsultasi terkait penyakit yang dialami anaknya usai melakukan pemeriksaan kesehatan.
“Tadi pagi saya mengantar anak untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebagai syarat administrasi program magang luar negeri dari kampusnya. Kami mengikuti prosedur sebagaimana mestinya, dengan mendaftar ke poli penyakit dalam,” katanya kepada wartawan media ini, Senin 2 Juni 2025
Setelah pemeriksaan awal, kata Dr. Muhammad Ali, anaknya diminta melakukan tes laboratorium. Dari hasil lab menunjukkan bahwa anak reaktif Hepatitis B. Setelah hasil lab keluar, ia kemudian mengkonfirmasi hasil tes sebelumnya yang dilakukan di mataram.
“Sebagai orang tua tentu saya berkepentingan untuk mengatahui tindakan medis yang diperlukan dan perlu saya ambil untuk mengobati penyakit anak saya,” ujar sosok akademisi Universitas Hamzanwadi Pancor itu.
Lebih lanjut, Akademisi UNHAM itu menegaskan bahwa dirinya secara baik-baik bertanya langkah medis apa yang bisa dilakukan. Bukan untuk memprotes hasil, bukan untuk meminta hasil diubah, tapi semata ingin penjelasan dan arahan medis.
“Alih-alih mendapat informasi yang menenangkan, saya justru disambut dengan sikap kasar dan nada ketus,” ujarnya
“Tidak ada dan tidak bisa diobati,” kata Dr. Ali menirukan ucapan oknum dokter tersebut.
Tak hanya itu, kata dia, ketika mencoba menjelaskan maksud pertanyaannya tersebut, justru oknum dokter menunjukkan sikap yang semakin tidak pantas, marah-marah, membentak, bahkan berdiri seolah hendak menyerang secara fisik.
“Bahkan seusai kami keluar dari ruangan, terdengar suara benda dibanting dari dalam. Saya dan anak meninggalkan rumah sakit dalam keadaan syok dan sangat terpukul,” katanya
Menurutnya, peristiwa yang dialaminya itu menyisakan luka batin, bukan hanya karena perlakuan yang tidak manusiawi, tetapi juga karena ini terjadi di institusi publik yang seharusnya menjadi tempat kita merasa dilindungi.
“Saya katakan ini tidak hanya sebagai bentuk sikap ketersinggungan saya secara pribadi, tetapi sebagai bentuk rasa tanggung jawab dan keperihatinan saya bahwa apa yang saya alami ini bisa menimpa siapa saja,” ungkapanya
Atas peristiwa yang dialaminya itu, sosok Akdemisi UNHAM itu berharap Bupati Lombok Timur dan Direktur RSUD R. Soedjono Selong mengambil langkah serius dan sistemik untuk membenahi kondisi ini. Jangan biarkan warga kehilangan kepercayaan kepada institusi publik hanya karena ulah satu atau dua oknum yang kebal terhadap etika profesi.
“Menjadi dokter bukan hanya soal ilmu, tetapi juga tentang sikap dan kemanusiaan. Setiap pasien adalah manusia yang sedang berjuang,” imbuhnya. ***