Jakarta, FMI – Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2021, Institut KAPAL Perempuan meluncurkan kampanye bertajuk “Mengubah Tantangan Menjadi Kekuatan: Urgensi Isu Gender dalam Pandemi COVID-19”. Kampanye ini didukung oleh Uni Eropa melalui proyek Active Citizens Building Solidarity and Resilience in Response to COVID-19 (ACTION). Kamis, (4/3/21).
Kampanye bertujuan untuk advokasi dukungan pemerintah dan meningkatkan kesadaran publik tentang isu gender selama pandemi COVID-19, khususnya isu terkait kerentanan perempuan dan strategi mitigasi yang berperspektif gender,
bersifat inklusif dan transformatif.
Kampanye ini dimulai dengan diskusi ahli tanggal 3 Maret 2021, dilanjutkan dengan
webinar hari ini.
Webinar tersebut menghadirkan narasumber dari Institut KAPAL Perempuan, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, Makassar, Jakarta Timur, Yogyakarta dan Bogor.
Selain itu, hadir Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Hamong Santono (Pakar Isu Perlindungan Sosial), Tariska Indri (Aktivis Kelompok Minoritas Seksual), serta konsorsium proyek ACTION yakni Hivos, Pamflet, Sapda, CISDI dan PUPUK.
Sekitar 200 peserta diharapkan hadir mewakili Pemerintah Pusat, Kecamatan,
Desa, Gugus Tugas Kabupaten, organisasi masyarakat sipil yang memiliki
konsentrasi pada isu-isu penanganan COVID-19 dan gender, organisasi masyarakat, akademisi universitas, tokoh masyarakat, media, organisasi akar rumput, masyarakat
umum dan kelompok strategis lainnya.
Sejak dua kasus pertama terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, pemerintah telah menerapkan berbagai langkah untuk melindungi keselamatan dan kesehatan masyarakat serta memperlambat penyebaran virus. Namun, terlepas dari upaya tersebut, isu gender selama pandemi COVID-19 kurang mendapat perhatian. Wanita berisiko lebih tinggi mengalami kekerasan dan diskriminasi selama pandemi. Situasi pandemi juga membuat Lembaga Pengada Layanan bagi Perempuan Korban Kekerasan tidak dapat memberikan layanan secara cepat.
“Tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi telah memperburuk resiko kekerasan terhadap perempuan dan memerlukan upaya khusus, intensif, dan masif sebagai bentuk keseriusan dalam menyikapi isu gender dalam pandemi,” kata Misiyah
Selama setahun terakhir, lanjut Misiyah, sejumlah langkah telah dilakukan oleh pemerintah untuk menangani berbagai sektor namun isu gender masih jauh tertinggal. Isu gender pada masa pandemi tampaknya hanya ditangani oleh Kementerian, Lembaga terkait dan organisasi masyarakat sipil yang fokus pada isu perempuan.
“Isu gender harus menjadi komitmen bersama lintas sektor dan harus diutamakan untuk memberikan perlindungan sosial, dan ini menjadi tanggung jawab semua Kementerian maupun lembaga,” tegas Direktur Institut KAPAL Perempuan itu.
Sementara itu, Duta Besar Uni Eropa
Vincent Piket mengatakan, kesetaraan gender adalah prinsip utama Uni Eropa.
“Mempromosikan hak-hak perempuan dan memastikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan anak perempuan ada di dalam traktat-traktat Uni Eropa dan merupakan bagian integral dari semua kebijakan UE. Pemberdayaan
perempuan juga merupakan bagian penting dari pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.” Tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan UE akan terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, sektor swasta dan masyarakat sipil untuk mempromosikan hak-hak perempuan dan pemberdayaan perempuan serta penanganan kekerasan berbasis gender.
Ini merupakan isu yang sangat penting saat ini, kata Vincent, dimana pandemi telah menimbulkan dampak signifikan terhadap perempuan dan anak perempuan.
“Kampanye ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran tentang strategi penanggulangan COVID-19 yang responsif gender dan inklusif sehingga dapat menginspirasi pemerintah,” ungkapnya
Gerakan perempuan dan gerakan masyarakat sipil lainnya dalam penanganan COVID-19 ke depan. sambung Vincen melalui kampanye ini, Institut KAPAL Perempuan berharap pemerintah, masyarakat, pemangku kepentingan, dan media terus menekankan pentingnya menangani masalah gender selama pandemi.
Redaksi-FMI