Lombok Barat, FMI – Pelantikan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Asosiasi Produk Kesehatan Indonesia Standar Internasional (Asproksi) NTB dirangkai dengan perayaan hari jadi yang pertama berjalan dengan khidmat.
Dalam acara itu nampak beberapa pejabat terkait, baik pejabat provinsi dan kabupaten/kota di NTB menghadiri kegiatan itu.
Salah satu yang hadir adalah Asisten III Gubernur NTB dr. Handiny Eka, dalam sambutannya ia menyatakan Pemprov NTB mendukung penuh langkah-langkah Asproksi dalam menggiatkan produksi alat kesehatan, terlebih dalam pengembangan obat-obatan herbal, NTB memiliki potensi besar untuk itu.
“Industrialisasi adalah salah satu prioritas di NTB. Pemprov tentu pasti mendukung, sekarang bagaimana Asproksi memanfaatkan peluang itu,” katanya, Kamis (9/9/21).
Masih kata dia, Pemprov NTB baik secara teknis dan regulasi mendukung penuh Asproksi melalui OPD terkait, dikatakan dia, dalam mengembangkan produk herbal, Asproksi langsung dapat bersinergi dengan Dinas Kesehatan, begitupun juga dalam proses produksi, Asproksi langsung dikawal oleh Dinas Perindustrian dan dalam tahapan pemasaran hasil produksi, Dinas Perdagangan NTB dipastikan hadir untuk mendukung Asproksi.
“Kita bantu penuh Asproksi. Kita ada Pergub 47 tentang perlindungan produk NTB, jadi selagi ada produk NTB, kita pakai itu, jangan pakai yang lain. Kita harus dukung produk NTB,” bebernya.
Menyambung dikatakan Asisten lll, Ketua DPP Asproksi, Melanie Arnaldi menegaskan Asproksi akan menjadi terdepan dalam membantu pemerintah untuk pengembangan produk kesehatan yang tidak menanggalkan kearifan lokal Indonesia dalam dunia medis.
Dari itu dikatakan dia, pihaknya akan terus mengembangkan riset untuk menciptakan formula terbaik sehingga berdampak terhadap sumbangsih Indonesia dalam sektor industri kesehatan dunia, terlebih di masa pandemi Covid-19.
“Kita harus mulai bisa untuk menciptakan produk kesehatan kita, tidak lagi menggunakan produk China, karena memang China dan negara Eropa lebih dahulu terdampak pandemi. Kita harus galakkan riset,” tegasnya.
Terkait dengan riset, dia mengaku Asproksi telah menjalin komunikasi dengan beberapa pihak, baik dalam negeri dan luar negeri. Itu dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Asproksi sebagai katalisator utama dalam mewujudkan kemandirian Indonesia dalam menciptakan produk kesehatan yang mampu bersaing di kancah global.
“Asproksi bermitra dengan beberapa peneliti vaksin, seperti Prof. Taruna Ikrar yang diketahui juga bekerjasama dengan vfizer, kita juga telah mendapat dukungan teknologi dari Jerman untuk membuat produk herbal, kita pun sempat diundang ke Belanda untuk ikuti pameran itu,” ungkapnya
Langkah lain yang dikatakan dia adalah, Asproksi akan mendukung langkah vaksinasi pemerintah, di mana pihaknya akan melakukan terobosan untuk menggalakkan vaksinasi pada destinasi wisata.
“Kita juga mendukung upaya pemerintah dalam vaksinasi, itu nomor satu. Di Indonesia timur kita sudah siap 20 juta dosis yang akan segera masuk di bulan September ini,” imbuhnya.
Menyambut apa yang disampaikan oleh Melanie, Ketua DPW Asproksi NTB menyambut baik hal itu, dan menyatakan pihaknya di NTB akan menindaklanjutinya dengan langkah-langkah kerja yang strategis kedepan.
“Kita akan langsung konsolidasi, kita langsung akan kerja dan melakukan langkah nyata kedepan,” ujarnya.
Disinggung terkait pembentukan DPC Asproksi di setiap kabupaten/kota di NTB, dirinya mengatakan dalam waktu dekat akan dibentuk.
“Kita sudah komunikasi dengan semua kepala daerah, dalam waktu dekat akan dikukuhkan,” sebutnya.
Rencana strategis dari Asproksi itu disambut hangat oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), ditegaskan oleh Wakil Ketua KADIN Bidang Perdagangan, Dian Prasetyo, pihaknya akan mendukung usaha Asproksi dalam mengembangkan industri produk kesehatan. Bahkan disebut Dian, KADIN siap untuk menyuntikkan dana sebagai modal usaha dari Asproksi.
“KADIN siap dari segi permodalan, kami akan support berapa pun itu. Tapi tetap sesuai permintaan dan itu dengan akad Syariah, artinya bagi hasil,” tuturnya.
Dari itu, dikatakan dia pihaknya pun akan melakukan evaluasi dan identifikasi menyeluruh dalam bidang-bidang usaha Asproksi, utamanya terkait dengan kelayakan produk lokal (obat herbal, red) sesuai skala resiko dan korelasinya dengan situasi kebutuhan pasar yang harus refresentatif.
“Kita tidak boleh rugi terus dong. Kita akan lakukan evaluasi, dari pada kita rugi, lebih baik bagi-bagi,” tandas sosok muda itu. (*)