LOMBOK TIMUR | FMI – Rektor Universitas Gunung Rinjani (UGR) Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. H. Moch. Ali Bin Dachlan menilai, Indonesia lebih senang mengundang investor China, karena lebih mudah dan tidak berbelit-belit.
Sementara Investor Barat, kata mantan Bupati Lombok Timur itu selain lebih sulit, seringkali memasuki aspek politik dalam negeri negara lain.
“Kebanyakan perkara perdagangan di negara berkembang berhadapan dengan negara Barat terutama melalui WTO, contohnya perlawanan terhadap Indonesia yang melarang ekspor bahan mentah tambang, CPO dll,” ujarnya
Politisi Lombok Timur ini menyarankan pemerintah Indonesia untuk berhati-hati dengan praktik pecah belah yang dijalankan Barat pada negara berkembang (pengalaman sejarah), Kemungkinan isu agama dan etnis akan digunakan sebagai mesin mengganggu keamanan domestik Indonesia.
Kebijakan pemerintah yang melarang eksport bahan mentah, jelas dia, adalah suatu langkah yang tepat dan benar yang harus didukung oleh semua pihak di Indonesia. “Dengan larangan tersebut Indonesia raup nilai ekonomi berlimpah, tentu saja tidak menyenangkan bagi negara Barat,” tukasnya
Ali BD juga mengingatkan pemerintah agar mengatur dengan baik penempatan tenaga asing dalam industri yang dibangun di Indonesia, walaupun industri negara lain juga mendatangkan tenaga kerja asingnya seperti Jepang, Amerika, maupun Korea Selatan.***