Lombok Timur, FMI – Beberapa hari terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pemberitaan tentang tingkat pengangguran yang berkurang di NTB, hal tersebut kemudian menyita perhatian dari berbagai kalangan, tidak terkecuali mantan Bupati Lombok Timur, Dr. H. Moch. Ali Bin Dahlan.
“Saya membaca di NTB pengangguran berkurang yang dirilis media dari BPS, saya berharap informasi ini harus berhati hati, karena dapat menimbulkan euporia yang keliru,” ungkapnya dalam akun media sosial Facebook miliknya, Selasa (25/5/21)
Menurutnya, Indonesia menganut terori pertumbuhan sebagai indikator kemajuan ekonomi. Pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi minus, pada kwartal 1 2021 masih minus.
“Jika ada penurunan pengangguran maka terjadi kontradiksi dengan teori pertumbuhan. Pertumbuhan minus menyebabkan angka pengangguran meningkat,” pungkasnya
Di Lombok, lanjutnya, menurut buku profil Indonesia, hanya 42% KK pemilik lahan pertanian yang luasnya rata rata 50 are. Sebagian besar buruh tani yang bekerja kurang dari 100 hari/tahun.
“Kelompok ini dalam ilmu ekonomi disebut disguise unenployment alias pengangguran tersembunyi. Jumlahnya meningkat disaat pandemi ketika sektor pariwisata mulai lumpuh,” tegasnya
Rektor UGR ini menyarankan, BPS sebaiknya melakukan sensus sederhana, misalnya meneliti jumlah orang yang ingin mendapatkan kartu kerja, ketimbang mengotak atik angka sendiri didalam kantor. (FMI-001)