LOMBOK TIMUR | FMI.COM – Kehadiran kesenian kecimol yang mengundang pro-kontra di kalangan masyarakat Lombok, karena selama ini musik kecimol kerap dianggap sebagai biang keributan saat ada prosesi adat.
Hal tersebut menjadi perhatian Fauzul Haryandi, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lombok Timur dari Fraksi PDI-Perjuangan.
“Saya rasa itu bukan hadir semata dari seni kecimol melainkan dari masyarakat, pemuda juga harus ada kesadaran bahwa penting kita menjaga ketertiban umum,” katanya melalui keterangan tertulis, Kamis 23 Juni 2022.
Seni musik kecimol, kata Fauzul merupakan seni kontemporer yang timbul dari akulturasi budaya akibat interaksi dengan budaya lain dan di gemari oleh sebagian banyak orang.
Karena itu, ia minta kepada Pemerintah Desa dan Dusun mengatur lewat Perdes atau aweq-aweq supaya mempertimbangkan atas dasar intoleransi.
Bukan malah membuat aturan yang dapat menutup mata pencaharian sesama. Sehingga Jangan sampai ada diskriminasi dengan Seni kecimol.
“Kecimol harus tetap dilestarikan sebagai karya seni Khas Lombok. Apalagi di zaman digital saat ini ada banyak konten kreator seperti para Youtuber yang juga mencari nafkah dari seni kecimol,” ujarnya
Masih kata dia, kecimol adalah kesenian yang unik dan hanya ada di Lombok, dan kita harus mengklaim bahwa ini adalah seni kontemporer hasil karya para seniman yang harus di banggakan.
“Jangan setelah kesenian kita diklaim sama orang luar baru kita teriak-teriak,” katanya
Untuk itu, seni kecimol ini harus tetap di lestarikan tidak boleh mati karena ini sebagai wujud budaya yang terus berkembang dan bertransformasi.***