Siapa yang tak ketagihan dengan rasa dan aroma secangkir kopi yang begitu istimewa? Pasti akan ketagihan, ‘kan? Kopi tak hanya memberikan kenikmatan pada seseorang yang mengonsumsinya.
Minuman pahit ini juga kerap dijadikan sebuah inspirasi dalam menciptakan kata-kata. Dulu hanya orang tua saja yang suka ngopi. Namun, saat ini kopi begitu menggiurkan di kalangan anak muda, baik itu mahasiswa, karyawan atau pegawai, dan lain-lain. Bahkan, di belahan dunia. Katanya kopi muncul karena adanya filosofi kopi tahun 2014.
Dan kini kopi menjadi trend atau gaya hidup, kopi tak hanya sebagai kerabat saat melakukan diskusi atau berbincang dengan berkumpul bersama sahabat, tetapi sudah menjadi bagian dari konsumsi kesehariannya. Bahkan, seseorang sudah memiliki ketergantungan dengan kopi.
Tak sekedar menjadi trend, kopi juga memiliki banyak manfaat, yaitu membantu mata menjadi tetap melek dan konsentrasi menjadi terjaga. Kopi tanpa gula juga baik untuk kesehatan, yaitu meredakan sakit kepala, mengurangi diabetes, meningkatkan fungsi otak serta memperbaiki mood, juga baik untuk kecantikan.
Di samping kenikmatan kopi, tak kita sadari bahwa inflasi harga kopi begitu meningkat di kalangan masyarakat, dari tahun ke tahun. Perlu kita tahu juga, bisa kita mengukur harga secangkir kopi di Indonesia sendiri memiliki tingkat inflasi rata-rata 8%-10% pertahun, seperti yang diulas dari media akseleran.co.id.
Dari tahun 2019 harga secangkir Rp30.000/kopi, tahun 2020 harga secangkir Rp33.000/kopi dan sampai tahun 2025 harga secangkir Rp54.000/kopi. Inilah tingkat asumsi secangkir kopi konstan di angka 10% pertahunnya. Maka tahun 2030 harga kopi bisa mencapai Rp86.000/kopi. Inilah perbandingan kopi yang tiap tahunnya mengalami inflasi. Meningkat drastis, bukan?
Ulasan di atas memberikan kita gambaran, bahwa tingkat inflasi terhadap harga kopi tak kita sadari setiap tahunnya akan mengalami kenaikan yang begitu signifikan. Namun, sampai saat ini kopi tetap dinikmati banyak orang. Terjadinya inflasi harga terhadap kopi di Indonesia disebabkan banyaknya permintaan yang tidak setara dengan produk kopi, trending hidup, kebutuhan hidup, dan lain-lainnya.
Pengaruh inflasi terhadap harga kopi, bisa kita lihat dari segi positifnya, petani kopi atau perusahaan yang mengemas kopi semakin meningkat keuntungan yang didapatkan dari sebelumnya inflasi. Tak hanya dari segi positif, inflasi terhadap kopi juga memiliki dampak negatif, yaitu menurunnya harga uang juga sedikit kewalahan menikmati kopi.
Saat ini, jenis-jenis kopi sangat beragam, terutama kopi yang terpopuler di Indonesia sekarang adalah Arabica dan Robusta. Kopi ini lebih tinggi harganya dibandingkan dengan jenis kopi biasa yang banyak memiliki campuran. Jenis kopi ini tak hanya populer di Indonesia saja, bahkan kopi jenis ini populer di belahan dunia, juga banyak sekali jenis-jenis kopi yang lain. Dan kini menjadi trend hidup masyarakat.
Seperti yang dirilis dari media vibiznews.com, harga kopi arabika pada penutupan pada hari Senin naik, karena cuaca kering berlangsung lagi di Brazil. Menurut laporan somar meteorology pada hari Senin curah hujan di Brazil hanya 32% dari rata-rata.
Harga kopi arabika Mei naik 50 sen (0.41%) menjadi $122.10 dan bursa di London, karena libur paskah. Harga kopi terus mengalami tekanan, karena kekhawatiran bahwa lockdown atau akibat pandemi COVID-19 membuat restoran dan kafe ditutup lebih lama lagi. Rata-rata penularan COVID-19 fi AS naik 67.521 pada Selasa lalu dan jumlah tertinggi dalam sebulan, juga Prancis pada Rabu lalu memperpanjang lockdown sampai 4 minggu yang akan datang karena peningkatan penularan virus corona.
Brazil cooxupe pada hari Kamis memperkirakan, bahwa produksi kopi Brazil di 2021 sebesar 7,94 juta kantong turun 32% dari 10,99 juta kantong di 2020. Turunnya produksi karena cuaca kering sehingga hasil panen turun pada setengah tahun marketing yang pertama.
Inilah ulasan yang memnggambarkan bahwa jenis kopi arabika mengalami kenaikan dengan support pertama di $121 dan berikut ke $127. Tingginya harga ekspor kopi saat ini, selain disebabkan pengaruh cuaca yang tidak mendukung, kadang panas, kadang juga hujan, sehingga ini menjadi penghambat proses pengkeringan kopi, juga para spekulan yang mematok harga tinggi untuk produksi kopi dalam negeri.
Maraknya kafe kekenian juga jumlah peminat kopi semakin meningkat. Hal itu juga membuat konsumsi kopi melonjak,juga mengalami kenaikan tiap tahunnya. Dampak covid-19 juga sangat berpengaruh bagi kopi dan sempat dilanda lockdown, sehingga menjadi melonjaknya permintaan konsumen terhadap kopi, semua orang berkeliaran keluar untuk mencari bahan konsumsi, terutama kopi ini, mereka menyetok kopi untuk dikonsumsi di rumah, dikhawatirkan masyarakat tidak bisa keluar saat lockdown juga tak bisa menikmati kopi.
Meningkatnya permintaan barang dan jasa tertentu adalah salah satu hal yang menyebabkan terjadinya inflasi. Barang- barang akan menjadi lebih mahal disbanding sebelumnya, sementara perusahaan-perusahaan tersebut harus tetap memproduksi barang yang sedang diminta oleh pasaran.
Kemandekan ekonomi serta terjadinya inflasi yang tinggi merupakan ancaman yang sangat memyengsarakan masyarakat. Kebijakan moneter akan sangat sulit dan bahkan gagal jika terjadi inflasi tinggi, apalagi tidak dapat dikendalikan. Dengan kondisi tersebut, kebijakan disektor riil seperti dengan kebijakan fiskal sangat diperlukan.
Penulis : Nurul Laelatul Wahidah, Mahasiswi Fakultas Ekonomi, Program Studi Ekonomi Islam, Universitas Nahdlatul Ulama, Nusa Tenggara Barat