Fokus Opini

Kebiasaan Manis Dampak Pahit: Pentingnya Mengurangi Konsumsi Minuman Manis di Kalangan Anak Muda

×

Kebiasaan Manis Dampak Pahit: Pentingnya Mengurangi Konsumsi Minuman Manis di Kalangan Anak Muda

Share this article


Penulis: Zarqani Alqusyairi (Mahasiswa Universitas Mataram)

DALAM beberapa tahun terakhir, minuman manis seperti es-teh, boba, kopi susu dan sejenisnya semakin digemari dikalangan anak muda. Kehadiran berbagai varian minuman manis ini tidak hanya menawarkan rasa yang enak dan tampilan yang menarik, tetapi juga telah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Namun, kebiasaan mengonsumsi minuman tinggi gula ini memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan, khususnya bagi generasi muda yang kerap kali belum memahami dampak konsumsi gula berlebih dalam kehidupan sehari hari.

Kandungan gula tersembunyi dan risiko kesehatan

Banyak minuman manis yang tampak sederhana tetapi mengandung kadar gula sangat tinggi, bahkan melebihi batas aman harian yang direkomendasikan. Misalnya, satu gelas minuman boba bisa mengandung 30 hingga 50 gram gula, sementara anjuran harian WHO untuk konsumsi gula tambahan adalah sekitar 25 gram bagi orang dewasa. Konsumsi minuman manis yang berlebihan akan meningkatkan faktor risiko diabetes, penyakit kardiovaskular, obesitas, hipertensi, dan kanker, bahkan berujung pada kematian dini (Kemenkes, 2019).

Selain dampak  fisik, konsumsi gula yang berlebihan juga mempunyai dampak kesehatan mental dan dampak emosional. Asupan nutrisi yang seimbang dapat mendukung fungsi tubuh yang optimal dan kesejahteraan mental, sementara pola makan yang buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk obesitas, penyakit jantung, diabetes, serta gangguan mental seperti depresi dan kecemasan (Setyaningrum & Yanuarita, 2020).

Sumber: Kumparan News




Budaya Konsumsi dan Tekanan Sosial Di Kalangan Anak Muda

Meningkatnya konsumsi minuman manis tak hanya dipengaruhi oleh rasa, akan tetapi juga tekanan sosial dan budaya konsumen. Perilaku perilaku masyarakat seperti nongkrong di coffeshop, angkringan dan lain sebagainya, yang dimana tempat tempat tersebut menyediakan minuman minuman yang tentunya tinggi akan kandungan gula didalamnya dan masyarakat khususnya anak muda tidak mempertimbangkan hal tersebut.

Tak hanya itu, seiring berkembangnya zaman, minuman tersebut tidak hanya menjadi kebutuhan semata akan tetapi juga menjadi simbol status sosial dan eksistensi di media sosial. Media sosial memperkuat budaya ini dengan menampilkan minuman manis sebagai bagian dari gaya hidup yang ideal yang harus diikuti, tanpa mengetahui dampak negatif akan hal tersebut. Peran iklan dan pemasaran sangat berdampak dalam membentuk prefrensi anak muda terhadap minuman manis. Iklan yang menarik nan estetik dan promosi dari influencer memberikan kebebasan terhadap minuman-minuman tersebut semakin berkembang tanpa memperhatikan kadar gulanya, sayangnya jarang  sekali adanya iklan – iklan maupun edukasi tentang risiko kesehatan tentang konsumsi gula berlebih. Akibatnya anak muda sering kali tidak menyadari bahaya yang mengintai daro konsumsi minuman tinggi gula.

Sumber: detikcom




Penutup

Mengurangi konsumsi minuman manis dikalangan anak muda merupakan langkah penting untuk meningkatkan kesehatan jangka panjang kaum muda. Anak muda seharusnya lebih aware dalam memperhatikan pola makan dan minum dalam kehidupan sehari hari. Pentingnya tetap memberikan edukasi tentang pola minum sehat dan membangun kesadaran anak muda demi keberlanjutan kehidupan sehat yang lebih sejahtera di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *