Artikel

Kegigihan Pedagang Cilok

×

Kegigihan Pedagang Cilok

Share this article

Mas Ego sapaan akrabnya, ia seorang penjual cilok usia 38 tahun, pendidikan terakhirnya sampai bangku SMA di Islam Sabilillah.

Ia anak dari seorang petani bernama Baharuddin dan ibu bernama imah yang kesehariannya sebagai ibu rumah tangga, Ego anak ke 2 dari 4 bersaudara dan mempunyai istri yang bernama Santi sulastri usia 36 tahun.

Pendidikan terkahir istrinya sampai bangku SMA di sekolah yang sama dengannya. Ia menikah pada tahun 2006 dan memiliki 3 orang anak, anak pertama bernama M. Aldi saputra kelas 2 di SMPN 4 Jerowaru dan anak kedua bernama Lidya Putri Sabrina kelas 4 di SDN 5 Jerowaru dan anak ketiga Alika Meilina Putri baru berumur 4 tahun.

Mas ego adalah sosok yang pekerja keras, beliau itu asli orang jawa, datang ke lombok untuk memperbaiki nasipnya dengan berjualan cilok serta demi memenuhui kebutuhan keluarga dan menyambung hidup.

Ia sampai di Lombok pada tahun 2014 lalu, diajak oleh salah satu temannya yang juga dari jawa, pasalnya di daerah asalnya ia menganggur.

“Dulu saya sempat berjualan cilok dijawa tapi tidak selaku di lombok,” ujarnya.

Sekarang mas Ego tinggal di Dusun Jor, Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.

Ia biasanya berjualan cilok dengan menggunakan sepeda motor mulai dari magrib sampe jam 10 malam di wilayah Jerowaru. Mas ego adalah penjual cilok yang beda dari yang lain, dia itu mempunyai ciri khas dengan jargon saat berjualan dengan teriakan “iaaaaang ngaro”.

Pengahasilan berjualan cilok dalam sehari 300-500 ribu tapi itu tergantung situasi dan kondisi. Dulu awal kedatangannya di lombok hanya ngontrak rumah, sekarang ia dapat membeli rumah, itu karena kesabaran dan kegigihannya dalam berjualan

“Karena usaha tidak akan pernah menghianati hasil selagi kita terus berdoa dan berusaha,” ujarnya.

Dan sekarang ia sudah menetapkan diri untuk tetap tinggal di Lombok. Disamping itu juga mas ego memiliki bisnis lain yakni membeli hp rusak kemudian ditukar dengan uang dan pentol daganganya, Kemudian hp tersebut di perbaiki terus dijual lebih mahal. “Lumayan buat tambah penghasilan,” ujarnya.

Mas ego adalah sosok yang sangat baik dan ramah, kalo ketemu dijalan wajib nyapa meskipun itu hanya menyapa lewat kelakson motornya. Ia adalah pedagang cilok favorit saya dan genk, karena rasa ciloknya itu endul banget (enak banget) dan pastinya murah meriah tapi bukan berarti rasanya murahan ya. Ciloknya seharga biasa harga umumnya 1 ribu pertusuk, walaupun pengahasilannya tidak seberapa tapi mas ego tidak pernah lupa kasih tambahan kepada pembelinya dari 2-5 cilok.

Terus saya tanya dong apa tidak rugi? “Ya rezeki sudah ada yang atur tenang saja, untung atau rugi itu adalah hal biasa dalam berbisnis” ujarnya.

Gimana kita yang sebagai konsumen ga tertarik buat beli, udah ciloknya murah, besar, daging nya juga banyak.

Ketika mewawancari mas ego, saya bertemu dengan salah satu pembeli yang bernama mba dev. Saat itu, saya tanya soal karakter mas ego dan rasa cilok buatannya. Menurutnya, “Mas ego itu orang nya ramah dan baik banget setiap ketemu di jalan wajib nyapa, terus rasa ciloknya juga enak bangett, Rasanya gak mau berhenti gitu kalau makan pengen nambah terus, kalau beli 5 ribu mah saya gak cukup kurang puas. Pokoknya cilok mas ego mah paling best (terbaik),” ujar mba dev.

Mendengar percakapan kami, sontak mas ego langsung tersipu malu dan senyum-senyum sendiri mendengar pujian dari pembelinya.

Narasumber: Mas Ego (Penjual Cilok)

Oleh: Sulis Septia Astuti (Mahasiswi FE UNU NTB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *