
Oleh : JOANES JOKO )*
Pada Tahun 2019, sebelum pandemi ada lebih dari 20 juta orang yang melakukan tradisi mudik di seluruh Indonesia. Berpindah tempat secara massif dari satu wilayah ke wilayah lain. Dalam waktu bersamaan antara 7 s/d 10 hari. Suasananya penuh diliputi euforia kebahagiaan.
Cerita itu mulai berbeda di Tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 mulai mewabah, hampir mayoritas dari kita dihantui dengan perasaan takut tertular virus mematikan Covid-19. Sehingga saat itu masyarakat mudah untuk diberi penjelasan. dan kebijakan pelarangan mudikpun bisa berjalan dengan lancar dan efektif.
Namun setahun berjalan, pandemi tak juga kunjung usai. Data menunjukkan bahwa setiap akhir libur panjang atau longweekend selalu saja terjadi peningkatan signifikan kasus infeksi Covid-19.
Di Januari 2021, pasca liburan Natal dan Tahun Baru, layanan kesehatan hampir saja bermasalah. Wisma Atlet dan ICU rumah sakit rujukan diberbagai daerah nyaris penuh. Cerita-cerita pasien Covid-19 yang tidak tertangani dan ICU yang mulai penuh bahkan akhirnya ada yang meninggal mulai bermunculan. Namun kita masih beruntung, Yang Maha Kuasa masih melindungi kita, perlahan kondisi mulai terkendali.
Pelajaran dari India
Diawal tahun 2021, pemerintah India optimis bahwa India akan lepas dari pandemi Covid-19. Dengan penduduk 1.3 milyar, India telah melakukan vaksinasi bagi hampir 150 juta rakyatnya. Bahkan dalam pertemuan World Economy Forum di Davos, PM India Narendra Modhi menyampaikan bahwa India bersama China akan menjadi ‘penyelamat’ dunia dengan vaksin yang diproduksinya. Dan ini terjadi di Februari 2021.
Namun India telah memilih jalan yang sembrono. Menganggap remeh pandemi ini. Kampanye pemilu besar-besaran dibiarkan terjadi diseluruh negeri. Upacara keagaaman 12 tahunan Kumb Mela dirayakan tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Jutaan orang dari berbagai negara bagian bergerak massif dalam seminggu menuju pinggiran sungai Gangga untuk mandi bersama. Mereka seolah lupa bahaya Covid-19.
Dan Tsunami Covid-19 itupun menerjang hingga sebulan kemudian India dihadapkan dengan kondisi krisis kesehatan, bahkan situasi cenderung mengarah pada krisis kepemimpinan.
Kini ratusan ribu orang terinfeksi dan ribuan meninggal setiap harinya. ICU rumah sakit sudah tidak mampu menampung lagi pasien yang terus berdatangan. Keluarga pasien covid 19 yang meninggal harus mengantri panjang untuk mengkremasi jenazah orang yang dicintainya. Singkatnya India berada dalam “Neraka Covid-19”.
Melarang Mudik
Kondisi India saat ini menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia. Pemerintahan Presiden Jokowi tidak ingin yang terjadi di India juga terjadi di Indonesia.
Bulan Mei ini menjadi saat yang sangat krusial. Ada momentum mudik (dimaknai mulih dhisik : pulang dulu) yang menjadi tradisi bagi seluruh masyarakat yang bekerja diperantauan. Untuk sesaat dunia usaha dan industri mengistirahatkan aktifitasnya sejenak. Semua karyawannya baik yang muslim maupun non muslim mendapatkan kebahagiaan cuti dan libur lebaran bersama.
Mudik adalah tentang kerinduan, momen emosional untuk bisa bercengkerama dengan orang yang dicintai setelah sekian lama tidak bertemu. Kebahagiaan yang tidak tergantikan.
Tapi situasi saat ini amat rentan, orang sudah mulai banyak yang jenuh bahkan cenderung abai dengan protokol kesehatan. Euforia pasca vaksinasi telah membuat sebagian masyarakat meremehkan ancaman pandemi ini.
Namun ibarat orang tua yang tahu bahaya mengintai anaknya maka pemerintah melakukan antisipasi dengan mengeluarkan kebijakan melarang mudik.walaupun tentu
Pilihan melarang mudik bukanlah pilihan yang populis.
Kita boleh sepakat atau tidak dengan kebijakan pemerintah melarang mudik 2021. Semua ini adalah ikhtiar bersama untuk melindungi orang yang kita cintai dan sesama. Usaha ini tidak akan berarti tanpa adanya pengorbanan dari kita semua untuk sesaat tidak bergerak berbondong bondong di waktu yang bersamaan.
Jika hari ini kita melihat begitu banyak masyarakat yang tetap memaksakan kehendak untuk mudik. Menerobos penyekatan yang dilakukan oleh aparat dan relawan covid diberbagai titik. Mentertawakan usaha persuasif untuk memohon para pemudik memutar balik arah. Marilah kita berdoa, semoga yang Maha Kuasa masih tetap melindungi kita.
Semoga diawal Juni 2021 kita tidak mengalami kenaikan yang signifikan penderita covid-19 . Jikalau tetap ada kenaikan signifikan semoga sarana isolasi dan ruang ICU yang tersedia masih bisa menampung dan memberikan pelayanan yang terbaik.
Jakarta, 11 Mei 2021
JOANES JOKO
Tenaga Ahli Utama Kantor Staff Presiden Republik Indonesia