Lombok Tengah, FMI – Aliansi Rakyat Menggugat Nusa Tenggara Barat (ALARM NTB) menggelar diskusi yang membahas isu-isu strategis dan mencari terobosan baru penyelesaian polemik pergantian nama Bandara Internasional Lombok (BIL) menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid.
Dalam diskusi tersebu, Dr. H.L. Sajim Sastrawan, Hasan Masat, H. Lalu Muh Putria, sebagai narasumber dan dikomando oleh moderator Bustomi Taefuri Omiq.
Dr. H.L. Sajim Sastrawan, Ketua Bale Mediasi NTB dalam penyampaiannya meminta kepada pemerintah untuk melakukan komunikasi untuk membicarakan terkait polemik pergantian nama Bandara Internasional Lombok (BIL) menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid.
“Terkait pergantian nama Bandara agar dilakukan komunikasi kembali lintas Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan tokoh- tokoh di Lombok Tengah,” ungkap Dr. H.L. Sajim Sastrawan
Pihaknya juga dalam kesempatannya membahas konsep kebersamaan dalam membangun cita-cita bersama. Dimana, kunci dari membangun itu persatuan, searah, dan komitmen.
“Jika semua ini ada, Rinjani bisa kita pindah. Sebalikanya jika tidak ada, sebatang korek tidak mampu kita pindah,”tegasnya.
Hal yang sama disampaikan tokoh adat, H. Lalu. Muhammad Putria, pihaknya menyampaikan terkait pergantian nama Bandara agar kiranya bisa duduk bersama kembali sehingga hal- hal yang tidak diingkinkan bisa diselesaikan melalui Musyawarah.
“Untuk bandara kiranya bisa duduk bersama dan mari kita kedepankan etika dan estetika budaya,”terangnya.
Ditengah diskusi, sempat mencuat isu perubahan nama bandara. Hal ini ditanggapi Saeful dari Komunitas pemerhati pembangunan desa. Baginya bahwa tidak bisa telur melawan batu, telur tetaplah telur, begitupun batu.
“Kita semestinya bergerak sesuai kompetensi masing-masing dan tidak perlu mengambil bagian pada sesuatu yang tidak dipahami,” tegasnya.
Redaksi-FMI