Mataram, FMI – Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram dalam waktu dekat memasuki semester baru dan akan melaksanakan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) untuk menyambut kedatangan mahasiswa baru di kampus putih tersebut.
Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, agenda PBAK di jalankan oleh organisasi-organisasi intra (SEMA, DEMA, red) yang merupakan perpanjangan tangan birokrasi kampus dalam meningkatkan sumber daya mahasiswa secara keilmuan maupun keterampilan sangat dibutuhkan untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan.
Namun, keberadaan organisasi intra kampus pada tingkatan Universitas, Fakultas dan Jurusan tersebut sudah dua tahun ini tidak terlihat keberadaannya. Parahnya, sampai tidak diketahui oleh mahasiswa.
Hal tersebut, menjadi buah bibir di berbagi akun Facebook Informasi UIN Mataram, beberapa mahasiswa menanyakan terkait keberadaan SEMA dan DEMA.
Ini adalah buah dari kesadaran mahasiswa terkait pentingnya keberadaan SEMA, DEMA, HMJ untuk mahasiswa dan bukan hanya dijadikan sebagai jabatan formalitas saja, melainkan sebuah amanah dari ribuan mahasiswa UIN Mataram yang harus dijaga sebaik mungkin. Seharusnya di tengah pendemi mereka hadir untuk menyelesaikan kegalauan mahasiswa tentang akademisnya.
Sebagai Ketua HMJ-Manajemen Dakwah dan Ketua HMJ di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sejak dulu, bahkan sebelum Covid-19 hadir di NTB selalu mendesak SEMA dan DEMA Fakultas bahkan Universitas untuk segera melaksanakan pemilihan raya sehingga seluruh mahasiswa UIN Mataram mampu merasakan bagaimana indahnya dunia kampus. Namun hingga saat ini belum terlaksana tanpa adanya alasan yang jelas.
Beberapa waktu yang lalu, Ketua HMJ-Manajemen Dakwah UIN SATU Tulungagung memberikan informasi bahwa di kampusnya sudah dua kali pergantian Ketua HMJ. Ini artinya bahwa di UIN Mataram ada keterlambatan bahkan kemunduran dalam menjalankan roda organisasi yang diperlihatkan oleh SEMA dan DEMA.
Seharusnya Wakil Rektor III yang memiliki fungsi Kemahasiswaan harus cepat menyelesaikan permasalahan ini, jangan dibiarkan seperti ini, karena efeknya akan menimbulkan paradigma pada mahasiswa bahwa WR III tidak tidak mau mengurus hal ini.
Jika mahasiswa tidak lagi memikirkan dan pejabat kampus juga tidak ingin mengurusnya, siapa lagi yang bisa kita harapkan, bagaimana mahasiswa bisa berperan untuk mewujudkan visi Cendekia, Terbuka, dan Unggul tersebut?. Sehingga saya ingin tegaskan kepada seluruh mahasiswa UIN Mataram bahwa ini adalah sejarah yang harus dijadikan pembelajaran kedepan, jika tidak mampu amanah ya jangan menjabat, jabatan ini bukan soal dunia saja tetapi akhirat.
Apalagi saat ini, UIN Mataram sedang melaksanakan proses pergantian Rektor, ini merupakan konstalasi politik kampus, seluruh pejabat kampus tentu sedang fokus mengurus hal tersebut, maka dari itu seluruh mahasiswa UIN Mataram harus bersuara menyampaikan harapan yang nantinya menjadi amanah untuk Rektor terpilih siapapun itu dan harus mengkawalnya, salah satunya adalah harapan untuk memperbaiki dan mengembangkan ranah kemahasiswaan agar mahasiswa memiliki peran strategis dalam mewujudkan visi UIN Mataram yaitu cendekia, Terbuka, dan Unggul
Penulis : Abdul Asis Ibrahim