LOMBOK TIMUR | FMI.COM – Program kampung inggris yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur melalui APBD dan dilaksanakan di Desa Tetebatu Selatan dinilai tidak tepat sasaran.
Program yang seharusnya sebagai penyokong daerah pariwisata ini dinilai jauh dari harapan dan disinyalir hanya memperkaya pemilik hotel Grand Ory yang tidak lain Kepala Desa Tetebatu Selatan, Zohri Rahman yang dijadikan sebagai tempat berlangsungnya kursus.
Hal itu diungkapkan Ketua PGK NTB, Hendrawan Saputra, menurutnya angaran yang digelontorkan oleh Bupati tersebut tidak sesuai dengan hajatan awal dari perencanaan program tersebut.
“Pak Bupati menganggarkan Program Kampung inggris ini saya rasa tidak tepat sasaran. Karena pada implementasinya yang seharunya ketika nama programnya itu adalah Kampung Inggris, harusnya yang di latih adalah masyarakat dan para pelaku UMKM di desa itu, sebagai wujud dalam mendukung pengembangan pariwisata,” ungkapnya.
Disambung Hendra, ketika program itu jalan, minimal ketika ada tamu mancanegara datang berkunjung ke Lombok Timur, para pelaku UMKM disana minimal memahami bahasa Inggris. Karena dalam nomenklatur anggaran APBD-nya adalah Kampung Inggris, bukan untuk lembaga kursus.
Menurut Hendra, program kampung inggris tersebut tidak mampu mengakomodir kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) sekitar, seperti apa yang tertuang dalam nomenklatur APBD. Karena dalam perjalanan program kampung inggris tersebut yang di latih bukan pelaku UMKM dan pegiat pariwisata setempat, justru pesertanya berasal dari luar Desa Tetebatu Selatan. Hal ini ia nilai program salah sasaran dan merugikan masyarakat.
“Saya rasa wajar program kampung inggris dikritik oleh Pak Wabup, karena pada dasarnya program itu dibuat untuk bagaimana warga di sana bisa berbahasa inggris, tapi dalam pelaksanaannya malah bukan seperti hajatan programnya,” bebernya.
Lebih jauh, dengan tegas ia mengatakan program yang dieksekusi langsung oleh Zohri Rahman salah besar dan sia-sia. Seharusnya warga lokal yang dibina untuk belajar bahasa inggris, tapi dalam praktiknya adalah kursus bahasa inggris yang diikuti warga luar desa.
“Pada praktiknya adalah kursus bahasa inggris, yang namanya kampung inggris itu harusnya masyarakat di sana bisa berbahasa inggris, bukan mendatangkan peserta dan siswa dari luar desa,” cetusnya.***