LOMBOK TIMUR | FMI.COM – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia gandeng Organisasi pangan dan pertanian (FAO) dan Global Environment Facility melalui yayasan WWF Indonesia menyelenggarakan pelatihan budidaya rumput laut di Teluk Seriwe, Kecamatan Jerowaru Lombok Timur, Sabtu 30 Juli 2022.
Kegiatan pelatihan tersebut, merupakan bagian dari pemenuhan indikator prinsip kesejahteraan dan pemerataan pada kawasan Akuakultur Dengan Pendekatan Budidaya (ADPE).
Pelatihan diisi oleh Boedi Sardjana Julianto, seorang ahli budidaya rumput laut dari UNINDO (Organisasi Pembangunan Industri-perserikatan Bangsa-bangsa).
Ia menjelaskan bahwa, pembudidaya perlu memiliki alasan yang kuat untuk burbudidaya rumput laut, agar usaha dapat ditekuni dengan maksimal.
Selain itu, pembudidaya juga harus dapat melihat potensi lahan dengan cermat.
Di tempat sama Kepala dinas kelautan dan perikanan kabupaten Lombok timur, melalui sekertaris dinas kelautan dan perikanan (Sekdis), Sumaryadi mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya pelatihan oleh WWF.
“Sebagai perwakilan Pemerintah Lombok Timur, mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak WWF yang telah menyelenggarakan acara ini,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan harapannya, terkait di adakannya acara pelatihan ini APDE bisa membantu produksi masyarakat kearah yang lebih baik.
Dalam hal ini kepala desa seriwe Hudayana mewakili masyarakat berharap pembinaan bisa dilakukan secara continue.
Masih kata, Hudayana Sangat bersyukur dan berterimakasih tak terhingga kepada WWF yang telah mengadakan kegitan pelatihan dan memilih desa seriwe.
Abdul Wahid, selaku pelaku budidaya rumput laut, mengaku sangat terbantu dalam bidang perekonomian.
“Luar biasa, dulu masyarakat kita ini, dulu rumah semi permanen, sekarang sudah permanen, dulu tidak punya kendaraan sekarang semua sudah punya, bahkan sudah punya roda empat,” ujarnya.
Selain itu juga, Abdul Wahid juga memaparkan jumlah masyarakat Seriwe yang menjadi petani rumput laut.
“95 persen masyarakat Seriwe menjadi petani rumput laut,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Abdul Wahid menjelaskan tentang jenis bibit rumput laut yang di tanam petani yakni, Cottoni dan spinosum.
Cottoni sendiri urainya, ada Cottoni merah dan hijau. 90 persen masyarakat menanam Cottoni sedangkan 10 persen bertahan menanam spinosum.
Bahkan kata dia, pada tiga bulan terakhir ini harga rumput laut sendiri seperti harga emas yakni menembus angka Rp.35.000 (tiga puluh lima ribu rupiah).
Hari kedua, yang di laksanakan pada hari Minggu 31 Juli 2022, bertempat di pantai Jempol Seriwe dan langsung melakukan praktik lapangan.
Masih dengan pemateri, Boedi Sardjana, dimana ia menyampaikan, bahwa dalam berkelompok harus kerja tim dan harus saling mengandalkan.
“Harus kerja tim, ada yang melepas, ada yang mengikat, sehingga tidak satu yang melepas dan mengikat,” tegasnya.
Untuk meningkatkan kualitas hasil budidaya, salah satu masukan dari petani rumput laut, yakni dengan menerapkan reward and punishment.
“Dimana harus adanya hukuman bagi mereka yang rumput lautnya tidak sesuai, minsalnya dibuatkan kriteria A-C kalau tidak memenuhi berarti harus siap dengan harga yang lebih rendah,” pungkasnya.***
KKP RI Berikan Pelatihan Budidaya Rumput Laut di Seriwe Lombok Timur
