Mataram, FMI – Seorang Filsuf bernama Marcus Tullius Cicero mengatakan bahwa persahabatan meningkatkan kebahagiaan, dan meredakan kesengsaraan dengan cara menggandakan kegembiraan, dan membagi kesedihan.
Setiap manusia punya keinginan untuk selalu menjalin kedekatan antar satu dengan yang lain, hal ini karena kita tercipta sebagai mahluk komunal bukan individual.
Manusia tidak bisa hidup sendiri, sehingga dibutuhkan manusia yang lain di sekitarnya untuk bersama-sama menjalani hidup dan tempat berbagi. Kebutuhan untuk selalu terhubung dan menjalin kedekatan dengan oran lain ini membuat kita sebagai manusia menginginkan kehadiran seseorang yang mampu mendengarkan kita dengan baik, tempat bercerita, berbagi kebahagiaan dan kesedihan bahkan tempat untuk mengeksperisakan diri seutuhnya. Yang di maksud dalam hal ini, kita membutuhkan kehadiran seorang sahabat di samping kita
Kita mungkin telah berkenalan dengan banyak orang, kemudian telah banyak membangun jalinan pertemanan dengan mereka.
Misalnya, pertemanan yang di dasarkan karena hobi yang sama, pekerjaan yang sama, organisasi yang sama, kesukaan warna yang sama ataupun karena pilihan politik yang sama. Tentu kita tidak bisa menghitung dengan mudah banyaknya teman yang kita miliki, entah yang tersebar di setiap daerah dan provinsi bahkan yang berada di luar negri sekalipun.
Banyaknya teman yang kita miliki, tentu bukan menjadi sebuah ukuran akan banyak sahabat yang setia di samping kita. Justru banyaknya teman juga terkadang membuat kita semakin memperbanyak musuh.
Banyak kita lihat misalnya, teman-teman di sekitar kita yang dulu berteman sangat dekat tetapi pada satu moment pertarungan seperti memperebutkan jabatan, persaingan mendapatkan perempuan, ataupun persaingan mendapatkan pekerjaan membuat pertemanan yang lama mereka rawat hancur begitu saja akibat satu moment yang singkat. Tentu banyaknya teman sekali lagi tidak menjamin banyak sahabat yang setia di samping kita.
Hal yang membuat pertentangan itu terjadi karena ketidaktulusan kita dalam menjalin hubungan pertemanan. Banyak dari kita tidak sadar bahwa kita menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain ketika kita sedang dalam situasi yang membutuhkan. Kita tidak menjalin pertemanan karena kita tulus ingin membangun sebuah hubungan yang baik sebagai sarana untuk saling bertukar pikiran, gagasan dan sebagai sebuah saranan untuk saling menasehati.
Tidak heran pertemanan yang kita bangun tersebut hanya akan berlangsung sementara, ketika suatu kebutuhan kita telah selesai, maka selesai pula pertemanan kita. Kita lalu dengan mudahnya meninggalkan teman kita yang dulu telah lama bersma kita lalu berganti dengan teman baru yang bisa kita manfaatkan untuk berkerjasama.
Jikalau kita terus dengan alur kehidupan yang seperti itu, tentu kita akan sulit menemukan seorang sahabat. Sahabat lebih dari sekedar teman, ia sesorang yang selalu kita harapkan hadir di samping kita. Ketika kita berada di sampnya, kita merasakan kebahagiaan, kenyamanan dan merasakan menjadi diri sendiri yang sebenarnya.
Sahabat adalah seorang yang mau mendengarkan kita dengan baik, menegur kita ketika salah, menasehati, memberikan motivasi dan yang terpenting dia selalu mengajak kita menjunjung tinggi kebaikan dan kebenaran. Seorang sahabat tidak rela melihat sahabatnya menderita, ia akan berusaha membantunya. Seorang sahabat juga tidak mengajak sahabatnya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebaikan yaitu kejahatan. Tetapi seorang sahabat adalah dia yang selalu mendorong sahabatnya kepada jalan kebaikan dan kebajikan.
Seorang yang arif dan bijaksana dari Roma yaitu Laelius memberikan sebuah rahasia dalam persahabatan, ia menyampaikan pendorong terbesar terjalinnya persahabatan adalah kesamaan karakter. Artinya, orang yang baik pasti tertarik dengan orang baik dan ingin berkawan karena karakternya (Cicero, 2019:221).
Uraian tersebut mensyaratkan sebuah persahabatan terkandung nilai luhur di dalamnya, dan ukuran dalam persabahatan bukan atas dasar materi, pekerjaan ataupun jabatan. Ukuran dari sebuah persahabatan adalah nilai moral yang sama-sama dipegang oleh seorang sahabat yaitu kebenaran, kebaikan dan kebajikan terhadap sesame.
Nilai-nilai moral ini akan menghadirkan sebuah ketulusan dalam persahabatan, persahabatan bukan lagi memandang seberapa jauh seorang sahabat dapat membantu dan menolong kita. Tetapi prinsip seorang sahabat lebih dari itu, tanpa harus diminta pertolongan, seorang sahabat akan langsung membantu. Bahkan mungkin akan menjadi orang kedua yang membantu kita setalah keluarga.
Maka membangun persahabatan tentu sangat penting dalam mengarungi peroses kehidupan, kita membutuhkan seorang sahabat di samping kita untuk memnuhi naluri kemanusiaan kita yang ingin selalu terhubung dengan sesame. Peroses hubungan inilah yang nantinya akan memunculkan kebahagiaan melalui jalinan persahabatan yang tulus, harmonis dan indah.
Penulis : Ari Kuswandi Arbi
(Kabid P3A HMI Komisariat Dakwah)
Redaksi-FMI