Fokus Opini

Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan: Santri dan Peran Politik di Kabinet Merah Putih

×

Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan: Santri dan Peran Politik di Kabinet Merah Putih

Share this article


Oleh : Hamzani Khairul Ihsan, S.Sos

MENJELANG peringatan Hari Santri, semangat Resolusi Jihad kembali menggema, mengingatkan kita pada peran historis santri dalam perjuangan kemerdekaan. Namun, perjuangan santri tidak berhenti di medan perang, mereka kini bergerak di arena politik, menduduki kursi parlemen, bahkan masuk dalam kabinet pemerintahan. Di era modern ini, santri telah menyambung juang dengan merengkuh masa depan, termasuk menjadi aktor penting dalam pengambilan kebijakan strategis negara.

Beberapa Jam setelah Presiden Ke-8 dilantik Pada Tanggal 20 Oktober 2024, malamnya Langsung diumumkan beberapa nama Menteri Kabinet Merah Putih, banyak mata tertuju pada beberapa tokoh santri ada dari kalangan NU, Muhammadiyah dan dari Organisasi islam lainnya yang notabenenya seorang santri yang dipercaya memegang posisi penting. Mereka bukan hanya sebagai representasi dari komunitas pesantren, tetapi juga membawa nilai-nilai luhur keagamaan dalam dunia politik yang sering kali dikotori oleh kepentingan pragmatis. Kehadiran santri dalam kabinet merupakan bukti nyata bahwa pendidikan pesantren tak sekadar menghasilkan ulama, melainkan juga pemimpin yang memiliki wawasan kenegaraan luas dan komitmen tinggi terhadap kepentingan rakyat.

Politik bagi santri bukanlah ladang baru, namun sejarah yang terus dihidupkan. Di parlemen, beberapa santri telah terbukti mampu menjadi jembatan antara moralitas agama dan praktik politik praktis. Mereka terlibat dalam merumuskan undang-undang yang menyangkut kepentingan umat, memegang teguh prinsip keadilan, serta menegakkan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini semakin mempertegas bahwa santri bukan hanya aktor pasif dalam sejarah bangsa, tetapi penggerak yang siap membawa perubahan di berbagai lini, termasuk dalam dunia politik yang sarat dengan dinamika.

Namun, di balik harapan besar itu, tantangan tentu ada. Santri yang masuk ke panggung politik dihadapkan pada arus kepentingan yang sering kali bertolak belakang dengan nilai-nilai pesantren yang murni. Integritas mereka diuji oleh kekuatan lobi, kompromi politik, dan kepentingan kelompok. Mampukah mereka tetap teguh dalam prinsip, atau justru tergerus oleh arus kepentingan pragmatis?

Santri yang duduk di kabinet dan parlemen kini dihadapkan pada tugas berat: menyelaraskan nilai-nilai moralitas pesantren dengan realitas politik yang kompleks. Namun, jika mereka mampu menjaga integritas, maka mereka akan menjadi teladan bahwa politik bisa dijalankan dengan etika, bahwa kekuasaan bisa dijalankan dengan keadilan, dan bahwa kepemimpinan bisa dibangun dengan kejujuran.

Momentum Hari Santri adalah waktu yang tepat untuk merenungkan peran mereka di masa kini. Sejarah perjuangan melawan penjajah kini dilanjutkan dengan perjuangan menghadapi tantangan global, ketimpangan sosial, dan isu-isu keadilan yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa ini. Santri yang kini duduk di parlemen dan kabinet menjadi harapan baru, bahwa perjuangan mereka tidak hanya untuk masa lalu, tetapi juga untuk merengkuh masa depan bangsa.

Maka untuk mengakhiri Tulisan ini saya ingin mencoba menuliskan titisan kata tentang Santri.

“Di medan perang kami berjuang, di meja parlemen kami berkarya, Tak goyah oleh badai kepentingan, teguh membawa suara umat. Kabinet merah putih diisi oleh mereka yang bertaqwa, Santri menyambung juang, membawa masa depan cerah.”

Selamat Hari Santri 2024,
Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *