LOMBOK BARAT | FMI.COM – Kementerian Pertanian Republik Indonesia direncanakan bakal hadiri panen perdana 200 ton Porang di Desa Pusuk Lestari Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat pada 27 Juni 2022 mendatang.
Tanaman porang baru-baru ini mendapat perhatian dari Pemerintah dan Menteri Pertanian, selain budidayanya yang mudah, tanaman ini menjadi komoditas baru yang relatif menjanjikan di masa mendatang.
Di Kabupaten Lombok sendiri potensinya mencapai ratusan hektar yang tersebar di Kecamatan Batulayar, Sekotong dan Lembar.
Luas lahan porang di wilayah utara 197 Hektare dikelola oleh 430 orang anggota dari 11 kelompok tani. Sedangkan di wilayah Selatan yakni Sekotong dan Lembar ada 300 Hektare yang dikelola oleh 12 kelompok dan 300 orang anggota.
Camat Lembar, Agus Sutrisman menyebutkan, hasil kunjungannya ke Bali membuat MoU dengan Yayasan Bina Lestari dan kunjungannya ke Jakarta pada 21 Februari 2022 lalu ke Kementerian Desa (Kemendes) dan Kementrian Pertanian menyambut baik usaha masyarakat Lombok Barat tentang Budidaya tanaman Porang.
Untuk itu, kata dia, pelaku petani porang diminta berkoordinasi dengan aparat dan pemda untuk dilakukan pembinaan, diarahkan dan dilindungi.
Kementrian juga kata Sutrisman, berterima kasih pada Yayasan Bina Lingkungan Lestari yang telah mencarikan pengguna hasil porang masyarakat. Sehingga petani tidak tertipu oleh oknum yang hanya memanfaatkan petani yang sedang kesulitan.
Selain itu, diharapkan juga koordinasi yang harmonis dan mutualistis tetap terjalin antara Pemda dengan Yayasan dan petani. Sehingga tercipta iklim yang sejuk di Lombok Barat.
Tidak hanya itu, lanjutnya, Kementerian juga berharap Pemda selalu mendukung dan memfasilitasi kegiatan Panen Raya karena ini merupakan kegiatan seluruh masyarakat.
“Bagi Pemda ini pintu masuk pembinaan ke depan yang lebih baik, terarah serta terukur,” kata Kementrian cetus Sutrisman kepada wartawan.
Kades Pusuk Lestari H. Junaidi mengatakan bahwa dirinya sebagai orang pertama yang menanam porang. Disebutkannya kurang lebih 50 hektar luas lahan dari 642 ha yang sudah ditanami. Termasuk di Hutan Kemasyarakatan (HKM) yang SK menterinya sudah ada sekitar 197 ha dan sudah ditanami 30 persennya.
Sumber pendanaan masih menggunakan modal sendiri, termasuk mencari bibitnya di hutan kemudian selanjutnya ditanam. Kalau dihitung perkiraan keseluruhan permusim sekitar 200 ton bahkan lebih
“Kesulitan kami sekarang pada bibitnya. Kalau beli uangnya tidak ada. Sementara permintaan perusahaan 480 ton sekali musim. Sedangkan kita masih 200 ton,” katanya.
Untuk itu ia minta Pemerintah Daerah dapat membantu untuk mensupprot bibit termasuk dalam pemasarannya.
Kembali dikatakan Junaidi, Porang yang akan dipanen Kementerian nantinya merupakan hasil swadaya masyarakat yang bibitnya diambil dari hutan dengan luas lahan siap panen 50 hektare.
Kepala Desa Mareje Timur H. Hadran juga tidak kalah, dimana di wilayahnya memiliki potensi cukup besar yakni di Sekotong dan Lembar lahannya mencapai 500 hektare.
“Mareje lahan kosong masih luas namun sama masih terkendala bibit. Lahan tertanam baru 15 hektare di Mareje Barat dan Sekotong Timur,” cetusnya.
Sementara Itu di tempat yang sama Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid menyambut baik panen perdana pertama untuk exportir Porang yang akan dilakukan petani Porang Lombok Barat.
“Memang Indonesia itu tidak bisa ekspor porang langsung harus ada negara ketiga,” kata Bupati.
Maka untuk menjamin keberlangsungan pasar dan meyakinkan masyarakat harus ada Pabrik Porang di Lombok Barat.
Sementara informasi yang didapat, kata bupati dua priode itu, peletakan batu pertama pabrik akan dilakukan pada Maret mendatang.
Sebelumnya perusahaan minta pada Februari ini. Pabrik ini cukup besar, dalam satu hari dapat mengelola 18 ton dan yang cukup menarik lanjutnya, pabrik ini memproduksi sampai hilirnya, jadi tidak tergantung pada pembeli.
“Pabrik ini mengolah sampai pada produksi akhirnya, dan porang ini sangat menjanjikan di masa depan,” sebutnya.
Kemudian masalah lahan di Lombok Barat tidak kekurangan karena ada hutan. Dan Porang ini tidak merusak hutan karena tumpangsari.
Jadi mantan Ketua KPU NTB itu berharap petani Porang ke depan tidak hanya menanam porang saja, namun ada tanaman lainnya seperti vanili, kopi dan Madu Trigona.
Selanjutnya terkait bibit porang, Bupati langsung tindaklanjuti dengan memerintahkan Asisten I Agus Gunawan untuk berkoordinasi dengan Bea Cukai jika ada sisa bagi hasil rokok agar dapat dipergunakan untuk membeli bibit porang.
“Silahkan Pak Asisten koordinasikan jika ada sisa bagi hasil. Buatkan note dinasnya ke saya untuk kita bantu pengadaan bibitnya,” pinta Fauzan. (FMI)