Lombok Timur, FMI – Ketua Pokmaswas KOMPAS (kelompok masyarakat pantai selatan) Dusun Poton Bako, Desa Jerowaru, kecamatan Jerowaru, Andre Juanda mengeluhkan semakin tidak terkendalinya penggunaan Potassium untuk menangkap ikan di wilayahnya.
Pada Senin dini hari Ketua Pokmaswas Kompas, Andre Juanda Putra melakukan patrol di parkiran Desa Poton Bako yang biasanya digunakan sebagai tempat parkir dan transit masyarakat dari luar Desa untuk datang menangkap ikan justru menemukan begitu banyak penangkap ikan membawa potassium, Selasa (16/3/21).
“Dini hari ini ada 40 motor di parkiran dusun poton bako kami amankan karena membawa potassium, mereka kebanyakan dari bagian keruak dan bagian selebung. Kami juga mengamankan barang bukti berupa 20 butir potassium yang dibungkus kantong plastik,” tutur Andre Juanda Putra melalui via telfon kepada redaksi FMI

Patroli mulai digencarkan setelah mendengar aduan dan keluh kesah warga yang mengetahui bahwa setiap malam para penangkap ikan selalu datang membawa potassium. Warga khawatir karena sebagian besar mereka juga pembudidaya Lobster di Kawasan perairan Selatan Lombok Timur itu.
“Kami berharap desa ikut andil karena setiap malam ada yang bawa potassium. Ini berdasarkan aduan warga, mereka tentu khawatir karena masyarakat banyak menjadi nelayan pembudidaya lobster. Walaupun aksi ini sudah lama dan seringkali terjadi tanpa tidakan pihak-pihak terkait yang kemudian membuat mereka merasa biasa saja tapi kini warga mulai resah,” tambah Lukman, salah seorang Pemuda anggota Pokmaswas Kompas.
Masih menurut Aktivis Pokmaswas kompas itu, meskipun mereka gencar melakukan patroli dan kegiatan pengawasan lainnya namun sangat disayangkan, tidak ada dukungan dari pemerintah dan pihak terkait, bahkan mereka kesulitan dengan seragam dan identitas padahal mereka menuturkan bahwa keberadaan seragam dan identitas Pokmaswas penting dalam melaksanakan patrol pengawasan dan pemantauan aktivitas di wilayah perairan selatan dan sekitarnya yang menjadi areanya.
Sebagaimana diketahui, Destructive fishing menggunakan Potassium Sianida adalah aktivitas Penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan umumnya menggunakan bahan baku sodium atau potassium sianida. Ikan yang terkena racun kemudian pingsan untuk beberapa waktu, sehingga kerap juga disebut pembiusan ikan.
Ikan target pembiusan adalah ikan hias (ornamental fish) dan ikan karang konsumsi. Pembiusan ikan biasa terjadi di perairan dangkal seperti di rataan terumbu karang. Beberapa peralatan dan bahan yang digunakan untuk melakukan pembiusan yaitu botol berisi larutan potassium sianida, masker, snorkel, fin, kompressor, selang udara, serta serokan dan wadah ikan.
Berdasarkan hasil pengawasan Ditjen PSDKP, beberapa nelayan lokal juga kerap memanfaatkan racun alami yang berasal dari daun dan akar tuba untuk bahan baku racun ikan. Bahan berbahaya lainnya yang dimanfaatkan yaitu insektisida, tinta dan yang paling banyak digunakan oleh nelayan adalah sodium sianida.
Sesuai UU No 31 Tahun 2009 Tentang perikanan dalam Pasal 84 disebutkan bahwa menangkap ikan dengan Bahan Berbahaya diancam pidana penjara 6 Tahun serta denda maksimal sebesar 1,2 Miliar.
Para aktivis POkmaswas berharap agar tindakan tegas dan atensi pihak terkait benar-benar serius, selain meresahkan masyarakat Dusun Poton Bako hal ini juga tentu merupakan ancaman serius bagi keselamatan dan kelestarian Lingkungan Hidup.
Redaksi-FMI