Sejak politik tidak lagi berderu hujam peluru dan bau menyengat bubuk mesiu. Bukan berarti kehidupan merdeka dari penjajahan. Politik tetap saja menjadi panggung pelacuran.
Aliran darah manusia sudah kadung keruh. Berkata dekat, namun masing-masing hati mereka begitu jauh.
Dinding kemanusiaan runtuh, semacam mampu bersanding. Namun, tertanda tangan musuh.
Politik adalah misteri. Mengatur sesuatu yang tak teratur menjadi teratur, mengatur yang teratur menjadi tak teratur.
Memutus putusan yang tak putus menjadi putus. Pikiran dan hati politik bertitik pada perut kepentingan. Pokoknya, enak sendiri.
Mata hati politik tak lagi memandang rakyat sebagai kuasa daulat. Tak lagi menilik rakyat sebagai induk dari bangsa.
Rakyat sebatang kara, tiada bersuara. Nalar akal politik terlalu khusyuk mengakali dengan akal-akalan, melempar slogan; Demi Rakyat! Demi Bangsa! Demi Negara!
Politik umpama labirin yang menjebak dengan sihir tahayyul pembangunan, melahirkan falasi, superioritas, hingga arogansi sosial yang menyebabkan infeksi nurani rakyat, dengan luka hati yang cukup berbahaya.
Sungguh, politik itu misteri! Jangan cari, jangan ikuti! Ia akan menjebakmu dalam kepalamu sendiri.
Jerowaru, 8 Februari 2021