Artikel

Rendahnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Covid 19

×

Rendahnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Covid 19

Share this article


Oleh: Ulida Hikmah

Semarang, FMI.com. Dunia saat ini sedang berjuang untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang semakin hari semakin marak penyebarannya. Negara di seluruh dunia melakukan berbagai macam cara untuk menanggulangi penyebaran Covid-19 ini, termasuk Indonesia.

Namun, di luar sana masih banyak masyarakat yang tidak percaya dengan Covid-19 yang tentu saja menyulitkan tenaga kesehatan guna melakukan tracking.

Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center Corona, Rintawan mengatakan jika hal tersebut bisa dilihat dari adanya penolakan dari Pasien Dalam Pengawasan (PDP, red) yang hendak di tes setelah terdapat salah satu anggota keluarganya yang dikonfirmasi kedapatan positif Covid-19.

Selain itu, banyak masyarakat yang menolak edukasi swab karena berbagai macam stigma yang beragam. Untuk tahapan diagnosis saja sudah menolak tentu saja untuk dilakukan tracking akan lebih menyulitkan lagi. Agar proses tracking berhasil tentu saja harus dimulai dari masyarakat terlebih dahulu. Masyarakat harus percaya dulu jika Covid-19 atau virus Corona ini nyata adanya.

Jika memang menemukan kondisi kesehatan yang berubah, misalnya dengan tubuh yang tiba-tiba demam tinggi, kehilangan penciuman atau bahkan kehilangan indra perasa di lidah, sebagai masyarakat yang baik harusnya langsung berkonsultasi ke dokter. Tentu saja agar tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Covid-19 ini bisa naik, para influencer atau publik figur harus bertindak. Jangan malah mengambil informasi hoax dari sumber yang tidak akurat dan tidak mempunyai kajian ilmu yang tidak diakui.

Dokter Umum Puskesmas Dompu Timur TB Laela Soraya juga menemukan hal yang sama, walaupun berada di daerah kecil namun ia mengatakan bahwa saat ini masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan Covid-19. Kebanyakan alasan dari masyarakat yang tidak peduli adanya Covid-19 adalah karena takut keluarganya dikucilkan, apabila dalam proses tracking dilakukan isolasi. Padahal sebenarnya langkah isolasi ini sendiri berguna untuk meminimalisir adanya penyebaran Covid-19 di sekitar lingkungan tempat tinggal korban yang terkena Covid-19 tersebut.

Bahkan corona juga membuat tingkat kepercayaan publik terhadap demokrasi juga ikut menurun. Dimana hasil survei nasional Saiful Mujani Research And Consulting atau SMRC mengatakan kepercayaan masyarakat terhadap jalannya demokrasi menurun di masa pandemi Covid-19 ini. Hasil survei menunjukan hanya 67% masyarakat yang puas dengan jalannya demokrasi di tengah Pandemi Covid-19. Sementara itu sisanya tidak puas atau kurang puas dengan jalannya demokrasi di era Pandemi Covid-19. Survei tersebut dilakukan terhadap 2.202 responden yang diwawancarai melalui sambungan telepon tanggal 12 sampai 15 Agustus 2020. Tingkat kesalahan dari survei ini sendiri hanya 2,1%.

Kemungkinan Covid-19 menjadikan komplikasi-komplikasi pada pelaksanaan yang dilakukan oleh Pemerintah sehingga banyak masyarakat yang menilai pesimis atau kurang puas terkait pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah.

Pendiri dari SMRC yakni Saiful Mujani mengatakan jika penurunan kepuasan Masyarakat terhadap demokrasi di era pandemi Covid-19 adalah hal yang wajar karena banyak juga terjadi di negara-negara lain seperti Filipina dan India. Hal ini sendiri terjadi karena langkah pemerintah dalam rangka menangani demokrasi dinilai masyarakat tidak demokratis, ditambah lagi dengan kondisi penurunan ekonomi serta keamanan.

Sebenarnya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap demokrasi bisa dibilang tergolong masih besar. Tapi tingkat kepercayaan ini bisa saja terus menurun apabila potensi krisis ekonomi tidak bisa segera ditangani dengan baik. Jika kinerja presiden dan pemerintah, keamanan, kondisi politik serta ekonomi semakin memburuk. Hal tersebutlah yang membuat merosotnya komitmen dan dukungan untuk demokrasi.

Kenapa Banyak Masyarakat Yang Tidak Percaya Covid-19?

Devie Rahmawati selaku pengamat sosial Universitas Indonesia mengatakan jika penyebab seseorang tidak percaya Covid-19 adalah yang pertama karena masyarakat cenderung percaya terhadap penyakit yang dampak atau gejalanya dapat dilihat seperti penyakit kutil dan cacar. Hal ini tentu wajar saja karena Covid-19 adalah suatu penyakit yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata.

“Wajar saja jika banyak masyarakat yang masih tidak percaya dengan Covid-19,” Pungkasnya

Sebagian masyarakat tidak percaya dengan Covid-19 karena mereka tahu bahwa yang namanya penyakit adalah yang bisa dilihat oleh mata. Seperti halnya penyakit cacar yang keduanya sama-sama terjadi karena virus yang mematikan dan menular, tapi masyarakat lebih percaya dan takut pada cacar karena bisa dilihat oleh mata telanjang.

Alasan lain yang membuat banyak masyarakat tidak percaya Covid-19 adalah karena banyaknya kabar hoax yang beredar di tengah masyarakat, hal ini menjadi salah satu alasan yang mendorong masyarakat jadi tidak percaya adanya Covid-19. Ditambah lagi dengan adanya teori konspirasi yang saat ini beredar di masyarakat yang menurutnya menyesatkan dan sangat berbahaya. Bahkan hoax yang beredar di masyarakat ini bisa saja menyerang siapa saja termasuk orang yang berpendidikan sekalipun.

Oleh sebab itu, jika orang yang berpendidikan pun bisa saja termakan kabar hoax apalagi orang yang tidak berpendidikan, tentu saja sangat rawan termakan berita hoax dan bisa semakin membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Covid-19 menjadi semakin menurun.

Pada tanggal 5 Agustus kemarin, Kemenkominfo atau Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis kabar bahwa setidaknya sudah ditemukan lebih dari 100 kabar hoax terkait kabar virus Corona. Hoax ini sendiri hampir tersebar pada 2000 platform digital.

Prof Paulus Wirutomo selaku Pakar Sosiologi Universitas Indonesia juga mengatakan jika sebagian besar masyarakat Indonesia tidak percaya adanya Covid-19 karena kebanyakan masyarakat Indonesia hanya percaya dengan penyakit yang bisa dilihat langsung oleh mata dampaknya.

Guru besar FISIP UI mengatakan jika masyarakat yang cenderung tidak percaya dan tidak peduli dengan data statistik penyebaran Covid-19 di Indonesia adalah masyarakat golongan menengah ke bawah. Sehingga bisa kita simpulkan bahwa saat ini masih ada banyak masyarakat Indonesia yang tidak peduli dengan adanya Covid-19.

Walaupun sudah diperlihatkan jumlah peningkatan kasusnya setiap hari, jika mereka memang tidak peduli mau bagaimana lagi. Bahkan banyak dari kita yang tidak peduli dengan statistik yang disajikan setiap hari.

Rata-Rata Masyarakat Jakarta Tidak Percaya Penularan Covid-19
Doni Monardo selaku Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada Rapat Kerja Komisi VII DPR mengatakan jika jumlah masyarakat di Jakarta yang masih tidak percaya dengan penularan Covid-19 cenderung meninggi. Bahkan DKI Jakarta sendiri menduduki peringkat pertama sebagai daerah dengan masyarakat yang tidak percaya terhadap Covid-19 di Indonesia.

Adanya fenomena tingkat ketidakpercayaan masyarakat terhadap penularan Covid-19 yang tinggi juga diiringi dengan tingkat jumlah kasus di daerah tersebut yang masih berada di posisi tertinggi pula. DKI Jakarta sendiri memiliki 40 ribu lebih kasus positif Covid-19, sama seperti daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Banyak masyarakat yang masih menganggap jika Covid-19 hanyalah rekayasa elite global dan menganggap jika Covid-19 hanyalah sebuah konspirasi. Bisa kita simpulkan bahwa masyarakat yang pro terhadap Corona berbahaya adalah mereka yang percaya jika Corona memang benar-benar nyata adanya.
Sementara untuk masyarakat yang tidak percaya dengan Corona adalah mereka yang menganggap bahwa Corona hanyalah sebuah konspirasi saja.

Bisa kita lihat dimana saat ini saja situasi sedang pandemi tapi malah banyak juga yang tidak peduli dan tidak menggunakan masker. Mereka cenderung mengatakan jika Corona hanyalah sebuah konspirasi dengan berbagai macam alasan. Salah satu alasannya adalah karena mereka belum pernah melihat kejadian pasien yang meninggal karena Covid-19 di depan mata kepala mereka. (FMI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *