Ibu Nurati dan Mursam merupakan pengusaha kerupuk yang sukses di dusun Kuripan Utara Kecamatan Kuripan. Mereka di karuniai 5 anak yang dimana anak pertamanya bernama Latifah, dia udah nikah setelah dia selesai wisuda dan anak keduanya namanya Kudrat Paulan, dia kerja di indomaret di Desa Jempong Mataram, hasil kerja dia buat kandang ayam dan sudah beberapa kali menjual ayam peliharaannya dan 3 anak lainya masih Sekolah.
Bagi ibu Nurati, di usia 38 tahun menjadi pengusaha kerupuk tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Maklum pada tahun 1992, dia dan sang suami pak Mursam yang usianya 41 thn, tidak memiliki modal sepeser pun. Tetapi salah Satu kelurganya membantu untuk melakukan usaha kerupuk tersebut. Dibantu oleh salah satu anggota keluarganya dari suami ibu Nurati, namanya Munahar umur 52 tahun kebetulan Dia kakak pertamanya, dia memulai usaha kerupuk ikan dan udang di Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok Barat.
Modal usahanya pun tidak berupa uang, melainkan bantuan satu ton tepung tapioka sebagai bahan utama membuat kerupuk. Meski tanpa modal uang tunai, Ibu Nurati tetap gigih menjajaki usaha yang baru digelutinya ini.
Awalnya, pembuatan kerupuk dilakukan dengan cara tradisional. Bersama sang suami, dia pun membuat adonan kerupuk. Dengan peralatan seadanya. Setelah jadi kerupuk, dia mulai memasarkan hasil usahanya ke sejumlah warung di Desa Kuripan dan sekitarnya mulai dari Jam 06:30- Sampe Petang jam 16:30.
Ibu Nurati juga mengakui awalnya, dia mengalami kesulitan memasarkan produksi usahanya ini. Maklum, Desa kuripan merupakan sentra kerupuk. Selain Ibu Nurati, sudah ada sejumlah usaha kerupuk. Bahkan bisa dikatakan usaha kerupuk sudah menjamur di sana. Beberapa di antara pesaing ibu Nurati telah memiliki permodalan yang cukup besar.
Namun, hal itu tidak membuat Ibu Nurati patah arang. Dengan ketekunan dan keuletannya mengelola bisnis kecil-kecilan ini, hasil produksinya mulai diminati konsumen. Seiring semakin derasnya pesanan kerupuk, dia pun mulai mendapatkan harapan cerah terhadap industri kerupuk yang digelutinya ini. Perlahan tapi pasti, usaha yang digelutinya ini, mampu memberikan harapan bagi keluarganya. Semakin banyaknya pesanan kerupuk mengangkat perekonomian keluarganya.
Setelah mampu bertahan, dia pun memberanikan diri untuk menambah modal usaha dua tahun berikutnya. Pada tahun 1994, ia meminjam uang sebesar Rp. 25 juta kepada salah satu kerabatnya.
Bantuan modal ini jelas menyuntikkan ”darah segar” bagi geliat usahanya. Saat itu juga ia pun memberikan label kerupuk hasil produksinya dengan nama perusahaan kerupuk Cap Dua Mawar. Pemberian label kerupuk ini, diharapkan menjadi trade markkerupuk yang dihasilkan.
Ibu Nurati produksi Kerupuk perhari yang sebelumnya hanya satu ton kini bertambah menjadi 2 ton, ibu Nurati sebagai pengusaha kerupuk yang sebelumnya hanya mempekerjakan 5-10 karyawan, sekarang bertambah hingga 40 karyawan. Meski sempat mengalami pasang surut usaha, namun kerupuk nya tetap mampu bertahan dan eksis. ”Tidak dipungkiri selalu ada kendala usaha, tapi secara umum, usaha nya tetap dapat berjalan”.
Ibu Nurati mengaku, semakin tingginya pesanan kerupuk dalam beberapa tahun terakhir, karena dia selalu menjaga kualitas hasil produksi. Menurut dia, kualitas kerupuk sangat mempengaruhi pelanggan. Ibu Nurati mengaku tidak pernah mengurangi takaran bumbu- bumbu serta racikan ikan dan udang. Pasalnya, bila dikurangi, maka kualitas atau cita rasa kerupuk hasil produksinya turun.
”Masalah harga, terkadang pelanggan tidak mempersoalkan, yang penting kualitas rasa tetap terjamin,” bebernya.
Pada tahun 2007 lalu, ibu Nurati pun mencoba peruntungan kembali dengan mengembangkan usaha agar bisa lebih maju lagi. Dia ingin memiliki lokasi usaha yang lebih representatif dan meningkatkan alat-alat pembuat kerupuk. Saat itu,ibu Nurati belum memiliki tempat menyimpan kerupuk yang bisa menampung 2 ton adonan kerupuk.
Dia kerap kali kesulitan untuk mencari tempat yang paling nyaman. Untuk itu, dia membutuhkan tempat penyimpanan kerupuk dengan luas yang cukup memadai. Tepat pada tahun 2008, dia mendapatkan tawaran kredit usaha kecil menengah (UKM) dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Tawaran kredit UKM ini langsung direspons olehnya. Dia mendapatkan persetujuan kredit Rp. 1 Milyar
”Uang kredit ini sebagian besar digunakan untuk menambah gudang penyimpanan kerupuk dan alat pembuat kerupuk,” tandasnya.
Sarana infrastruktur tersebut menurutnya sangat membantu dalam pengembangan usaha yang dijalani. Dengan sarana yang memadai, usaha pembuatan kerupuk semakin maksimal dan mampu memproduksi dengan kualitas yang semakin baik. Ibu setelah mendapatkan bantuan modal dan pengembangan usaha, omzet penjualan pun terus merangkak naik.
Jika pada tahun 1992, omzet per bulan hanya mencapai Rp70 juta. Perlahan tapi pasti omzet usahanya semakin bertambah. Bahkan saat ini penghasilan per bulannya sebesar Rp390 juta. Kredit usaha kecil menengah yang digulirkan perbankan ini, Dia mengatakan usahanya dapat meningkatkan. Kalau diberikan kredit usaha lanjutan, dia akan manfaatkan modal yang diberikannya untuk bahan baku produksi Kerupuk nya.
Bahan baku produksi tersebut, seperti rasa kerupuk yang lebih variatif dan beraneka ragam. Hal ini bertujuan agar konsumen memiliki banyak pilihan dalam memiliki kerupuk nya. Cita rasa kerupuk yang variatif juga menjadi rencana jangka panjangnya dalam menggeluti usaha ini.
Penulis : Abdurrahman (Mahasiswa UNU NTB)