LOMBOK TIMUR | FMI.COM – Muhammad Junaidi terpilih sebagai Ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Selong dalam forum Konfrensi Cabang (Konfercab) XVI.
Muhammad Junaidi mengungguli pesaingnya M. Yori Hidayatullah dengan meraup dukungan dari tiga Komisariat Penuh dan dua Komisariat Persiapan.
Muhammad Junaidi menawarkan gagasan HMI AUTENTIK : Melangkah Dengan Karya
Baginya, perkaderan hari ini sebagai kekuatan HMI harus diadaptasi dengan massa digitalisasi, sehingga polarisasi dalam perkaderan HMI harus mendepankan kualitas dan kapasitas di bidang masing-masing. Akan tetapi, polarisasi perkaderan hari ini masih terjebak dengan pertarungan sesama internal, yang mengakibatkan orientasi HMI sebagai organisasi tempat menumbuhkan penghayatan intelektualitas, spiritualitas, tergores dengan kompetisi perebutan kekuasaan, sehingga gagasan-gagasan hanya dijadikan sebagai alat kepentingan.
Seharusnya gagasan tidak melirik atau mendepankan kepentingan pribadi dan kelompok, melainkan harus mengedepankan kepentingan umat dan bangsa. Nah, dari fenomena semua itu perlu sekiranya merombak kembali pedoman perkaderan. Untuk penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas insan cita hanya dapat dicapai dengan serangkaian usaha sistematis, terarah dan utuh serta menyeluruh.
Perenungan perkaderan HMI merupakan proses upaya organisasi untuk mengaktualisasikan potensi manusia bagi para anggota HMI sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya menjadi kader yang memiliki kemampuan serta kesediaan menghayati, mengamalkan dan mengembangkan.
Menurutnya, dalam dimensi kemasyarakatan, kebangsaan dan negara. Hal itu berarti perkaderan HMI pada dasarnya merupakan usaha meningkatkan kualitas kader HMI yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan secara menyeluruh.
Dahlan Ranuwihardjo (Ketua Umum PB HMI Periode 1951-1953) mengungkapkan bahwa awal tahun 1950-an belum ada rumusan tentang apa yang kemudian disebut keperibadian HMI. Namun HMI sendiri merupakan organisasi yang memiliki kepribadian sejak didirikan. Kepribadian itu mula-mula bersumber pada naluri, kemudian terungkap dalam sikap, tertulis atau terucap. Rangkaian ungkapan naluri itu kemudian disebut kepribadian HMI.
Dari naluri orang-orang muda yang dididik dan dibesarkan dalam kancah perjuangan bangsa untuk kemerdekaan, yang tergolong terpelajar (apalagi sebagai mahasiswa calon sarjana) serta beragama Islam, telah terbentuk suatu kepribadian yang menunjukkan kerakteristik sebagai berikut
1. Berintegrasi dengan dan dalam Kehidupan Nasional Bangsa.
2. Berfikir, bersikap dan melangkah secara mandiri.
3. Turut serta dalam dan turut memelihara Ukhuwah Islamiah.
Dengan ungkapan tersebut dipahami bahwa sejak berdirinya HMI sudah memiliki keperibadian atau karakter kebangsaan. Karakter bangsa itu diawali dengan prinsip keislaman dan keindonesiaan. Islam dan Indonesia bagi HMI merupakan keserasian dan keharusan untuk memberi kontribusi pada umat dan bangsa Indonesia. Karakter keislaman dan keindonesiaan itu sangat jelas terlihat di dalam tujuan HMI sejak awal berdirinya tahun 1947, yaitu, “Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.”
Dengan tujuan tersebut, Nurcholish Madjid sebagaimana dikutip Solihin mengatakan bahwa pada awal berdirinya HMI, Lafran Pane merupakan personifikasi dari pemikiran keislaman-keindonesiaan HMI. Lafran Pane di samping sebagai Muslim juga seorang nasionalis. Dikatakan demikian karena ketika mendirikan HMI lebih mengutamakan kepada semangat kebangsaan.
Eksistensi kebenaran atas keberadaan HMI sama halnya dengan gelombang yang diinterpretasikan monitor hemodinamik dan saturasi tersebut, jika bergelombang zik zak berarti masih hidup (ada) dan jika datar tidak bergelombang bisa di simpulkan sudah mati (tidak ada). Benar, ruang diskusi internal HMI hari ini makin terjebak pada doktriner, “dinamika tanpa mengetahui substansi dinamika”.
Optimisme dan pisimisme menjadi semangat yang tidak terelakkan kehadirannya, filtersi terhadap kajian dan analisis terhadap problematika kekinian di internal HMI harus di perbaharui sesuai denagn perkembangan zaman sebagai representasi Kader HMI sebuah keharusan yang paten mengewajantahkan pundi- pundi peradaban intelektual dengan relevansinya.
Uraian di atas saya coba memahami dari berbagi perspektif yang di lahirkan dari Rahim perkaderan HMI, Gerakan Internal dan Eksternal harus dilandasi oleh nafas perjuangan Organisi yakni Masyarakat Adil Makmur Yang di Ridhoi Allah SWT, Berlebihan kalau saya meyimpulkan dari pandangan diatas bahwa HMI AUTENTIK Harus di gaungkan kembali dengan karya karya.
Terpilih Jadi Ketum HMI Cabang Selong, Muhammad Juanidi Menawarkan Gagasan HMI AUTENTIK
