MATARAM | FMI.COM – Peristiwa di Desa Mareje Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) di malam takbiran kemarin murni Kesalahanpahaman, bukan persoalan Agama.
Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) NTB Dr. K.H. Muh. Zaidi Abdad, MA.
“Kerusuhan yang terjadi di Desa Mareje, Kecamatan Lembar adalah murni kesalahpahaman dan bukan persoalan agama,” cetusnya
Kesalahpahaman yang terjadi, kata dia akibat informasi yang diterima salah seorang warga terkait adanya kelompok masyarakat dari desa lain menimbulkan kesalahpahaman, seolah-olah kelompok non Muslim melarang umat Muslim Desa Mareje melaksanakan Takbir keliling.
Akibatnya, menurut Kankawil NTB kelompok yang dilarang merasa tersinggung sehingga mengakibatkan perusakan rumah warga yang dianggap melarang.
Muh. Zaidi Abdad kepada wartawan media ini, mengingatkan agar seluruh masyarakat NTB saling memahami perbedaan satu sama lain. Karena kata dia perbedaan adalah keniscayaan atau sunnatullah yang tidak bisa ditolak dan dihindari manusia.
“Perbedaan harus dikelola dengan baik,arif dan bijaksana. Antara kelompok harus saling menghormati, saling menghargai. Selain itu, toleransi antara kelompok yang berbeda agama, etnis, organisasi harus dijunjung tinggi,” pesannya, seperti di kutip dari Bidiknews, Ahad 8 Mei 2022.
Menurut dia, perbedaan dan keberagaman dalam masyarakat NTB adalah suatu kekuatan. Walaupun ada perbedaan, janganlah sampai saling membenci, saling menghujat bahkan saling bermusuhan.
“Dengan persatuan dan kebersamaan maka, pembangunan di NTB akan semakin sukses disertai dengan indahnya kebersamaan dalam perbedaan,” katanya.
Untuk itu, jika ada informasi yang diterima oleh masyarakat sebaiknya terlebih dahulu di cross check (Tabayyun, red), sehingga kita dapat mengetahui yang sebenarnya terjadi, jangan langsung diterima begitu saja.
Ia juga mengajak seluruh komponen masyarakat NTB agar tetap menggelorakan semangat persatuan dan berbagi pada sesama tanpa membeda-bedakan asal usul suku, agama, ataupun golongan.
Karena menurutnya, keindahan persatuan itu harus dikedepankan demi bangsa ini. Teruslah berkomunikasi karena masalah yang muncul akan bisa teratasi dengan saling bertukar pikiran.
Lebih lanjut, Kankawil menceritakan ketika ia menerima laporan adanya kesalahpahaman masyarakat terkait takbir keliling di Desa Mareje, dirinya langsung melakukan koordinasi dengan Kemenag Lobar, Polres Lobar dengan terjun langsung ke lokasi kejadian.
“Bersama Kepala Kemenag Lobar, Polres Lobar, Pemda Lobar, tokoh agama dan masyarakat melakukan diskusi dan koordinasi untuk meredam dan memberikan pemahaman agar kesalahpahaman tidak meluas di tengah masyarakat,” ujarnya
Pada kesempatan itu pula, Ia berharap kepada keluarga besar Kementerian Agama yang ada di NTB untuk ikut peduli kepada warga yang terdampak musibah akibat kesalahpahaman dengan cara membantu warga yang rumahnya terbakar akibat insiden tersebut. ***