Lombok Timur, FMI – Lembaga Kajian Kebijakan dan Transparansi (LK2T) bekerjasama dengan FMI.TV gelar diskusi Sudut Pandang bertajuk “Benarkah BUMD Merugi?”, bertempat di Kantor PT. Maha Media Grup, Komplek PTC Pancor, Jum’at (19/2/21).
Turut hadir sebagai narasumber, Maturidi, SE. MM., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGR, Maulidiana, Kasubbag BUMD Setda Lotim, Direktur Operasional PT. Energi Selaparang, dan Sukirman, SH., Direktir Utama PD. Agro Selaparang.
“Saya sangat apresiasi kegiatan ini, tanpa ada kritik, saran dan masukan dari semua stackholder maka BUMD ini tidak akan kuat,” jelas Direktur Operasional PT. Energi Selaparang.
Lebih lanjut, ia mengatakan ada tiga hal permasalahan yang dialami. Pada tahun 2019, PT. Energi Selaparang mengalami kerugian. Faktor yang menyebabkan tidak lain adalah SDM.
“Makanya, di tahun 2020 kami mencoba merubah konsep, memperbaiki sistem karena dari tahun ke tahun menjadi sorotan, bahwa BUMD Energi Selaparang tidak pernah memberikan PAD ke daerah,” pungkasnya.
Sebagai direksi baru tahun 2020, ada beberapa hal coba kami lakukan, pertama soal SDM, mentransformasi konsep produksi menjadi konsep produktivitas. Kalau kita bicara soal konsep produksi hanya meningkatkan produksi, tetapi penjualan naik tidak untung bermasalah.
“Tetapi, harus kita lihat marketnya tidak kuat, pernah kita coba di tahung 2019, Energi Selaparang gagal,” terangnya.
Pada tahun 2020, Energi Selaparang mengalami keuntungan 178 juta, aset bertambah dan kenaikan penjualan sebanyak 6 miliyar. Tetapi, operasional sangat tinggi. Dan tahun 2020 ini banyak perusahaan mengalami collaps.
Sekarang Energi Selaparang di 2021, bertahap di point O, mencoba pasar di luar Lombok timur.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi, Suryadi, ME., mengatakan persoalan laba rugi rumusnya sederhana, bisa diukur dari keuntungan.
“Bagaimana bisa profesional pengelolaan BUMD, kalau komisarisnya paket C, apa kurang sumber daya,” ungkapnya.
Bagaimana mungkin jangkauan pasar kita luas, lanjut Suryadi, sedangkan BUMD kita masih mengelola pasar ala lama, sekarang ada istilah star up (pola online), kenapa BUMD kita tidak menggunakan itu?
“Orangnya memang modern, tetapi soal inovasi masi kolot,” tegas Suryadi, ME., Pengamat Ekonomi Lombok Timur.
Redaksi-FMI